Benarkah Sukhoi tersedot magnet Gunung Salak?


Mengupas Gunung Salak tidak ada habisnya. Gunung ini menurut sebagian masyarakat angker. Banyak yang menyebut, gunung ini menyimpan banyak misteri.

Apalagi sejak jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Rabu (9/5). Perbincangan makin hangat soal Gunung Salak.

Sebagian menduga, Sukhoi jatuh karena ada kerusakan pada pesawat. Tetapi banyak juga yang menduga Sukhoi jatuh karena ditarik Gunung Salak. Ada magnetnya. Benarkan demikian?

Merdeka.com mencoba mengupasnya dari sisi ilmiah bersama Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono. Dia menjelaskan, setiap tanah dan batuan ada magnetnya.

Berikut ini wawancara dengan Surono, Kamis (11/5):

Benarkah ada magnet di Gunung Salak?

Sebenarnya setiap tanah dan bebatuan mempunyai magnet. Tetapi skalanya kecil.

Banyak orang menduga Sukhoi yang jatuh dua hari lalu karena ditarik Gunung Salak?

Begini, tidak hanya di Gunung Salak, setiap tanah atau bebatuan punya daya magnet. Tetapi tidak mencukupi atau menarik benda logam. Apalagi benda itu sebesar pesawat yang bergerak cepat.

Saya melihat, pesawat itu bergerak cepat di udara, jadi mana mungkin ditarik oleh magnet di bebatuan Gunung Salak. Karena magnet di tanah dan batu itu kecil dan tidak mungkin bisa menarik.

Lantas, perkiraan Anda apa?

Cuaca di sekitar gunung seperti di Gunung Salak sering ada kabut. Nah, kabut itu membuat jarak pandang berkurang. Kemungkinan saja dari masalah adanya kabut.

Tapi yang perlu saya tegaskan, dalam pesawat baru dan canggih seperti Sukhoi pasti sudah ada radar dan alat antisipasi jika dalam cuaca kabut seperti itu. Sukhoi itu pesawat modern.

Apa kemungkinan cuaca di sekitar Gunung Salak?

Soal persisnya saya tidak tahu. Yang saya heran, kenapa pilot meminta menurunkan ke 6000 kaki. Padahal tinggi Gunung itu 7000 kaki. Artinya pesawat terbang rendah daripada ketinggian gunung itu sendiri.

Ada kemungkinan juga pilot terkendala jarak pandang sehingga menabrak tebing.

Apa memang sebagian orang yang tinggal lereng gunung selalu mengkultuskan gunung tersebut?

Kebanyakan demikian, tetapi tidak semua.

Anda punya pengalaman soal mitos di gunung?

Saya sejak dulu memang hobi naik gunung. Sama juga, ada yang meminta saya jangan ini jangan itu. Tidak boleh ngomong sembarangan.�



Sumber: merdeka

0 comments: